Sejarah dan Alamat Makam Sunan Giri Salah Satu Wali Songo Dari Jawa Timur (Sejarah Sunan Giri Part I)

Sejarah dan Alamat Makam Sunan Giri Salah Satu Wali Songo Dari Jawa Timur - berjumpa lagi dengan kami, admin dari makampetilasankeramat.blogspot.com, kali ini kami akan membahas tentang Sejarah dan Alamat Makam Sunan Giri Salah Satu Wali Songo Dari Jawa Timur, di kesempatan sebelumnya kami sudah membahas sejarah dan alamat makam wali songo lainya.
Sejarah dan Alamat Makam Sunan Giri Salah Satu Wali Songo Dari Jawa Timur
Gambar Sunan Giri

Sunan Giri ternyata memiliki banyak nama, dan nama-nama yang di miliki beliau memiliki kisah masing-masing, perjalanan beliau menyebarkan dan mengenalkan agama islam tidaklah mudah, beliau mengalami berbagai rintangan dan halangan sepanjang perjalanan hidupnya, Sunan Giri tidak sempat di beri nama karena kelahiranya di anggap membawa malapetaka. penasaran seperti apa kisah lengkapnya..???? yuk mari kita simak ulasan sejarah Sunan Giri di bawah ini.

1. Asal Usul Sunan Giri

Pada jaman dahulu, ada sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Blambangan, sekitar kira-kira di awal abal ke 14, kerajaan itu di pimpin sebuah raja yang bernama Raja Prabu Mena Sembuyu. pada saat kepemimpinan Prabu Mena Sembuyu. Semua masyarakat kerajaan Blambangan beragama Hindu dan mayoritas penduduknya beragama Budha.

Di masa pimpinan Prabu Mena Sembuyu, Kerajaan itu tertimpa suatu musibah berupa wabah penyakit, konon penyakit itu sangat membahayakan, jika ada seseorang terkena penyakit itu, keesokan harinya orang yang terkena penyakit itu meninggal karna penyakitnya. wabah itu membuat resah penduduk kerajaan Blambangan. penyakit itu juga sangat mengganggu aktivitas keseharian rakyat Blambangan
Sejarah dan Alamat Makam Sunan Giri Salah Satu Wali Songo Dari Jawa Timur
Gambar Ilustrasi Kerajaan Blambangan

Prabu Mena Sembuyu dengan permaisurinya sangat cemas dengan kondisi kerajaannya yang terkena wabah penyakit, kecemasan itu semakin menjadi-jadi semenjak putrinya yang bernama Dewi Sekardadu juga terkena wabah penyakit tersebut, karena dengan fasilitas perawatan yang ada di kerajaan Dewi Sekardadu berdahan hidup namun penyakitnya tak kunjung sembuh selama berbulan-bulan.

Akhirnya Prabu Mena Sembuyu membuat sayembara, barang siapa yang bisa mengobati putrinya akan di beri hadiah besar, jika orang itu laki-laki dia akan di nikahkan dengan Dewi Sekardadu, dan jika orang itu perempuan akan di jadikannya anak atau di jadikan saudara Dewi Sekardadu. Sayembara itu pun tersebarluas ke segala penjuru, banyak yang mencoba mengobati Dewi Sekardadu, mulai dari Tabib-tabib yang terkenal sakti dan juga dukun-dukun yang terkenal sakti, dan semua hasil dari pengobatan mereka sama, Dewi Sekardadu belum sembuh juga.

Akhirnya Prabu Mena Sembuyu mengutus salah satu patihnya yang bernama Patih Baju Sengara, Baju Sengara di percaya Raja dapat menemukan orang yang dapat menyembuhkan Putrinya, setelah Patih Baju Sengaja mendapat perintah raja, beliau pun akhirnya berangkat dengan beberapa prajurit pilihannya,

Setelah cukup lama dalam pencarian, akhirnya Baju Sengara bertemu dengan Resi Kandabaya, Resi Kandabaya tau orang yang sekiranya bisa menyembuhkan Dewi Sekardadu, orang yang di maksud Resi Kandabaya adalah Syekh Maulana Ishak, beliau sedang berdakwah menyebarkan agama islam dengan cara sembunyi-sembunyi, akhirnya Baju Sengara mencari orang tersebut, tak lama kemudian baju Sengara bertemu dengan Syekh Maulana Ishak, Syekh Maulana Ishak bersedia mengobati tapi dengan satu syarat, Baju Sengara harus bersedia masuk dan memeluk agama islam.

Sesampainya di kerajaan akhirnya Syekh Maulana Ishak melakukan pengobatan kepada Dewi Sekardadu, dan penyakit Dewi Sekardadu akhirnya dapat sembuh berkat Syekh Maulana bahkan wabah penyakit yang menyerang kerajaan juga ikut hilang. Sesuai janji Prabu Mena Sembuyu akhirnya Syekh Maulana Ishak di nikahkan dengan Dewi Sekardadu, Syekh Maulana Ishak juga di beri separuh kekuasaan dari kerajaan Blambangan, Mendengar Syekh Maulana Ishak mendapat kekuasaan yang lebih dari Patih Baju Sengara, Akhirnya Baju Sengara merasa iri dan dengki kepada Syekh Maulana Ishak.

2. Kelahiran Sunan Giri

Karena rasa iri dan dengki Baju Sengara pada Syekh Maulana Ishak, akhirnya dia kembali ke agama hindu dan memaksa orang-orang yang sudah masuk islam, kembali memeluk agama hundu. perselisihan pun terjadi, Baju Sengara memaksa Syekh Maulana Ishak keluar dari daerah kekuasaannya dengan ancaman akan membunih penduduk masyarakat yang tidak bersalah.

Karena hati Syekh Maulana Ishak kasihan terhadap masyarakat yang akan di bunih, akhinya Syekh Maulana Ishak menuruti keinginan Baju Sengara, pada saat kejadian itu berlangsung, Dewi Sekardadu sedang hamil delapan bulan, namun Syekh Maulana Ishak tetap pergi dari daerah kekuasaanya demi menyelamatkan nyawa masyarakat yang tidak bersalah.

Setelah cukup lama kepergian Syekh Maulana Ishak dari daerah kekuasaanya, akhirnya wabah penyakit yang dulu menimpa kerajaan Blawean datang lagi dan bersamaan dengan Dewi Sekardadu yang sedang melahirkan. Bayi mungil itu menunjukan keanehan saat di lahirkan tidak di lumuri d4r4h dan tubuh bayi kecil itu mengeluarkan sinar dari tubuhnya.
Sejarah dan Alamat Makam Sunan Giri Salah Satu Wali Songo Dari Jawa Timur
Ilustrasi Gambar Dewi Sekardadu Mengandung

Mendengar anak Syekh Maulana Ishak di lahirkan, pikiran Baju Sengara muncul niat jahat dengan menyangkut paut kan wabah penyakit yang dayang dengan bayi mungil itu, Baju Sengara membuat pernyataan bahwa anak Dewi Sekardadu adalah bayi pembawa sial, dan Baju Sengara juga merayu-rayu raja untuk membuang bayi tersebut, Raja Prabu Mena Sembuyu terpengaruh dengan bujukan jahat Baju Sengara, tanpa belas kasih dan dengan harapan wabah penyakit di kerajaan bisa hilang sang raja membuat peti besi guna untuk membuang bayi tersebut untuk di hanyutkan ke laut.

Dewi Sekardadu mendengar niat jahat Baju Sangara untuk menghanyutkan anaknya, dengan kondisi yang kurang sehat, karna belum genap empat puluh hari dari melahirkan, Dewi Sekardadu mencari anaknya mati-matian yang sudah di hanyutkan ke laut, nasib Dewi Sekardadu tidak di ceritakan dari sumber yang kami dapat.

Kotak besi yang berisikan bayi tersebut (sunan giri), di temukan oleh kapal yang datang dari kota Gresik menuju pulau Bali, sebelum kotak itu di temukan, konon saat kapal melintas menuju pulau bali terhenti secara aneh seluruh awak kapal kebingungan, mereka mengira kapal menabrak karang ternyata hanya kotal kecil, sesudah nakoda tau ada kotak kecil yang menghalangi perjalanan kapal, segera nakoda kapal itu menyuruh anak buahnya untuk mengambil kotak tersebut.

3. Sunan Giri Menjadi Anak Angkat Nyai Ageng Pinatih

Namun sesudahnya kotak itu di angkat, kapal masih tetap tidak bisa bergerak, cukup lama nakoda kapal dan awak-awak nya kebingungan di tengah lautan, terlebih mereka menemukan kotak yang berisikan bayi, tapi saat kapal putar balik menuju kota Gresik, kapal itu berjalan lancar dan kencang, nakoda kapal memberikan kotak yang berisi bayi itu kepada Nyai Ageng Pinatih. beliau adalah janda muda yang kaya raya yang juga memiliki kapal tersebut.

Karena Nyai Ageng Pinatih adalah seorang janda yang sudah lama ingin mempunyai anak, akhirnya Nyai Ageng Pinatih mengangkat anak tersebut dan memberinya nama Joko Samudro, nama "Samudro" di ambil dari tempat menemukannya, yang berarti "Laut Samudra", Nyai Ageng Pinatih merawat Joko Samudro dengan penuh kasih sayang, seperti ibu yang merawat anak kandungnya sendiri.
Sejarah dan Alamat Makam Sunan Giri Salah Satu Wali Songo Dari Jawa Timur
Ilustrasi Gambar Joko Samudro Menjadi Anak Angkat Nyai Ageng Pinatih

Tidak terasa umur Joko Samudro sudah dua belas tahun, dan Nyai Ageng Pinatih mengantarnya ke sebuah pesantern  pesantren tersebut bernama Pesantren Ampeldenta, pesantren yang di dirikan Raden Rahmat atau Sunan Ampel. ketika belajar ilmu agama islam prestasi Joko Samudro sangat menonjol dari siswa lainnya, beliau lebih cepat menghafal, memahami, dan menggunakan ilmu ajaran Sunan Ampel.

Pada suatu ketika malam tiba saat Sunan Ampel sedang berada di luar rumah pesantren, beliau melihat cahaya yang bersinar dari tubuh Joko Samudro, saat itu Joko Samudro sedang tidur, pikiran beliau sudah mengetahui jika kelak anak itu akan menjadi orang yang besar, ke esokkan harinya, beliau memanggil Joko Samudro dan bertanya padanya, dalam waktu yang sama Nyai Ageng Pinatih datang untuk menjenguk Joko Samudro, kesempatan itu di manfaatkan Sunan Ampel untuk bertanya-tanya tentang asal Joko Samudro.

Nyai Ageng Pinatih menjawab semua pertanyaan Sunan Ampel dengan jujur tidak ada yang di tutupi sama sekali. bahkan ia juga jujur kotak besi waktu dulu Joko Samudro di temukan masih di simpan tertata rapih di rumahnya.

Joko samudro sangat akrab dengan Raden Maulana Makdum Ibrahim yang tidak lain adalah putra dari Sunan Ampel. Ke akrapan Joko Samudro dengan Raden Maulana Makhdum Ibrahim sangat dekat, mereka seperti kakak beradik, saling mengingatkan, dan saling membantu.

Sekiranya Jaka Samudra dan Raden Maulana Makdum Ibrahim sudah cukup banyak menimba ilmu di pesantren Ampeldenta, Sunan Ampel menyarankan mereka untuk melihat dunia luar dengan menimba ilmu di daerah lain, tempat yang di sarankan Sunan Ampel adalah kota pasai, di sana sangat terkenal dengan ulama-ulama besar. salah satu ulama yang sangat terkenal adalah Syekh Awalluh Islam atau dengan nama lain Syekh Maulana ishak yang tidak lain adalah ayah kandung Joko Samudro.

4. Nama Yang di Berikan Sunan Ampel Kepada Sunan Giri

Mendengar saran Sunan Ampel, Joko Samudro dan Raden Maulana Makdum Ibrahim berencana untuk menjalaninya, mereka berencana menimba ilmu di Pasai sekaligus menyebarluaskan agama islam kepada masyarakat sekitar, Joko Samudro akhinya berpamitan dengan Nyai Ageng Pinatih untuk berangkat menuju kota Pasai.
Sejarah dan Alamat Makam Sunan Giri Salah Satu Wali Songo Dari Jawa Timur
Gambar Sunan Ampel

Sebelum mereka berangkat ke kota Pasai, Sunan Ampel berpesan kepada Joko Samudro, agar namanya di ganti dengan Raden Paku, karena Sunan Ampel adalah orang yang sangat terkenal dengan kebaikannya di lingkungan masyarakat sekaligus beliau mempunyai gelas "Sunan" , akhirnya Joko Samudro menerima nama yang di berikan Sunan Ampel yaitu Raden Paku. tak lama kemudia mereka berpamitan dan mulai perjalanan menuju kota Pasai.

5. Pertemuan Sunan Giri dengan Ayah Kandungnya Syekh Maulana Ishak

Perjalanan Raden Paku dengan Raden Maulana Makdum Ibrahim menuju kota Pasai, mereka mencari-cari ulama yang bernama Syekh Awalluh Islam, yang sangat terkenal di Pasai, tidak sulit untuk menemukan Syekh Awalluh Islam di kota Pasai, pasalnya beliau sangat terkenal di sana, mustahil bagi masyarakat Pasai tidak mengenal Syekh Awalluh Islam,

Sesudahnya bertemu dengan Syekh Awalluh Islam, Raden Paku dan Raden Maulana Makdum Ibrahim mulai berguru kepadanya, demi memperbanyak ilmu dan bekal untuk hari tua, setelah Raden Paku cukup lama mengenal Syekh Awalluh Islam, mereka mulai akrab dan Raden Paku menceritakan dengan jujur dari mana dia berasal, sampai menceritakan bagaimana ia di temukan di tengah-tengah lautan.

Begitu pun Syekh Awalluh Islam, beliau menceritakan kisah dulu kenapa Raden Paku bisa sampai di tengah-tengah laut. mendengar semua cerita Syekh Awallah Islam, Raden Paku menangis tersedu-sedu, beliau sedih dengan sikap Prabu Mena Sembuyu karena dengan tega membuang cucunya sendiri di lautan.

Sangat Banyak ilmu yang Raden Paku dan Raden Maulana Makdum Ibrahim dapat di kota Pasai, mereka tidak pernah menyia-nyiakan waktu belajar di kota Pasai, tidak hanya dengan ayah kandung Raden Paku, Mereka juga belajar dengan ulama-ulama lain yang ada di kota Pasai. tidak sedikit orang yang kagum dengan Raden Paku, karena beliau bisa dengan cepat memahami dan mengerti ilmu yang di ajarkan oleh gurunya.

6. Kepulangan Sunan Giri ke Tanah Jawa

Setelah cukup lama belajar di kota Pasai kira-kira sekitar tiga setengah tahun, Syekh Maulana Ishak merasa sudah cukup dengan ilmu yang Raden Paku untuk bekal ia pulang tanah jawa, akhirnya Syekh Maulana Ishak mengutus Raden Paku dan Raden Maulana Makdum Ibrahim pulang ke tanah Jawa dan menyebarkan Islam di sana.

Sebelum keberangkatan mereka ke tanah Jawa, Syekh Maulana Ishak memberi saran kepana Raden Paku dengan memberi segumpal tanah yang di lapisi kain mori, jika kamu menemukan tanah yang sama dengan tanah ini, bangunlah pesantren di sana (ucap syekh maulana ishak kepada raden paku).

Sebelum Raden Paku sampai ke tempat ibu angkatnya Nyai Ageng Pinatih, Raden Paku dan Raden Maulana Makdum Ibrahim menuju ke pesantren Ampeldenta dan melaporkan semua hasil belajarnya di kota Pasai kepada Sunan Ampel. Sunan Ampel menyuruh putranya berdakwah di kota tuban.

Sedangkan Raden Paku pulang menemui Nyai Ageng Pinatih, karena tidak ada aktivitas yang mengisi hari Raden Paku, ia di suruh oleh Nyai Ageng Pinatih untuk mengawal barang dagangannya yang berlayar menuju kalimantan dan banjar.

Nakoda dari kapal itu adalah Abu Hurairah, Abu Hurairah adalah salah satu pegawai Nyai Ageng Pinatih yang di percaya, walau keseluruhan kapal di bawah kendali Abu Hurairah, namun Nyai ageng Pinatih juga memberi sedikit kendali kepada Raden Paku.

Kelanjutan Ceritanya klik disini   >>> Sejarah dan Alamat Makam Sunan Giri Salah Satu Wali Songo Dari Jawa Timur (Part II)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sejarah dan Alamat Makam Sunan Giri Salah Satu Wali Songo Dari Jawa Timur (Sejarah Sunan Giri Part I)"

Post a Comment